Jika Orang-Orang Terkasih (Satu per Satu) ‘Pulang’ Lebih Dulu

Bismillaah..

Sebenarnya sudah sejak beberapa waktu lalu ingin mengeluarkan uneg-uneg ini. Sebelumnya, sering merenung gimana kalau waktuku di dunia ini tinggal sebentar. Egoisnya aku, aku lebih sering mikirin diri sendiri: aku tak pernah memikirkan bagaimana perasaan mereka jika aku ‘pulang’ lebih dulu. Sampai akhirnya ada beberapa hal yang membuatku berpikir bagaimana jika mereka–orang-orang terkasihku–yang lebih dulu ‘pulang’. Puncaknya hari Sabtu kemarin, ketika aku mendapat dua kabar lelayu: satu adalah tetangga desa dan satunya lagi adalah salah satu guru terbaikku di SMP.

Entah sudah berapa kali aku membaca buku yang di dalamnya ada saja kisah berpulangnya orang(-orang) terkasih lebih dulu. Aku pun mulai merenung bagaimana aku nanti jika hal itu terjadi padaku: ditinggal ‘pulang’ lebih dulu. Tentu saja, rasa sedih adalah hal yang manusiawi. Bahkan, ketika Rasulullaah saw. menangis menitikkan air mata ketika putra tercintanya Ibrahim yang masih kecil ‘pulang’ lebih dulu ditanya oleh sahabat ra. mengapa Beliau menangis, Beliau menjawab bahwa air mata itu adalah bentuk kasih sayang.

“Sungguh air mata mengalir dan hati bersedih, akan tetapi kita tidak mengucapkan kecuali apa yang diridhai oleh Tuhan kita, dan sungguh kami merasa sedih karena berpisah denganmu wahai Ibrahim.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dari <http://bersamadakwah.net/ibrahim-kepergiannya-ditangisi-nabi-bagian-2/>

Nabi SAW bersabda, “Aku tidak melarang orang berduka cita, tapi yang kularang menangis dengan suara keras. Apa yang kamu lihat dalam diriku  sekarang adalah pengaruh cinta kasih di dalam hati. Orang yang tiada menunjukkan kasih sayang, maka orang lain pun tidak akan menunjukkan kasih sayang kepadanya.”

Dari <https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/01/06/lxdfc6-sejarah-hidup-muhammad-saw-kematian-ibrahim-putra-terkasih>

Allah berfirman

ﻭَﻟَﻨَﺒْﻠُﻮَﻧَّﻜُﻢْ ﺑِﺸَﻲْﺀٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺨَﻮْﻑِ ﻭَﺍﻟْﺠُﻮﻉِ ﻭَﻧَﻘْﺺٍ ﻣِﻦَ ﺍﻷﻣْﻮَﺍﻝِ ﻭَﺍﻷﻧْﻔُﺲِ ﻭَﺍﻟﺜَّﻤَﺮَﺍﺕِ ﻭَﺑَﺸِّﺮِ ﺍﻟﺼَّﺎﺑِﺮِﻳﻦَ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah- buahan.” (QS Al-Baqarah : 155)

Syaikh As-Sa’diy rahimahullah menafsirkan yaitu jiwa orang yang dicintai termasuk anak, beliau berkata:

 ﻭَﺍﻷﻧْﻔُﺲِ  ﺃَﻱْ: ﺫَﻫَﺎﺏُ ﺍﻷَﺣْﺒَﺎﺏِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺄَﻭْﻻَﺩِ، ﻭَﺍﻷَﻗَﺎﺭِﺏِ، ﻭَﺍﻷَﺻْﺤَﺎﺏِ

” (Dan jiwa) yaitu dengan perginya orang-orang yang dicintai, baik anak-anak, kerabat, maupun sahabat” (Taisiir Al-Kariim Ar-Rahmaan hal. 155)

Dari <https://muslimafiyah.com/mengambil-hikmah-dari-kisah-meninggalnya-ibrahim-putra-rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam.html>

Mungkin aku jarang memperlihatkan tangisku di hadapan mereka, saat mereka masih ada. Namun, akankah aku (tetap) bisa tegar saat ‘kepulangan’ mereka? Entahlah, aku tak tahu dan tak ingin menerka-nerka.

Mungkin aku sering pura-pura tak peduli, cuek. Namun, sungguh ada yang tak mampu kuungkapkan pada mereka dan Allah yang paling tahu apa itu. Aku hanya ingin yang terbaik untuk mereka dan Allah lah sebaik-baik Pemberi. Maka, aku hanya mengharapkan-Nya untuk memberikan yang terbaik bagi mereka, entah melalui perantaraku atau perantara orang lain.

IMG-20180325-WA0000.jpg

Harap itu masih ada dan akan terus menyala, in syaa Allah. Perpisahan di dunia adalah sebuah keniscayaan, tapi sungguh aku berharap perpisahan itu benar-benar hanya terjadi di dunia. Harapku, semoga perahu cinta yang terbangun atas izin-Nya dapat berlabuh kelak di syurga-Nya. Terkhusus Bapak Ibu, aku masih berharap bisa melihat mereka bermain bersama cucu kandungnya dan juga masih berupaya mencari jalan agar mahkota dan jubah itu benar-benar mereka kenakan nanti (sekalipun aku tak tahu jalan mana yang harus kutempuh). Aku yakin Allah akan membenarkan hamba-Nya jika jujur, maka tugasku adalah (menjaga agar tetap) jujur dengan harapanku.

Semoga Allah kabulkan dan semesta pun turut meng-aamiin-kan.

Komentar