Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Sungguh, kentara diri yang (sepenuhnya) melibatkan Allah dengan yang mengabaikan(kuasa)-Nya. Kosong, hampa, lemah, terombang-ambing arus dunia (sekelilingnya).
Beruntung yang sudah mapan, kuat lahir dan batinnya. Bukan menunggu lingkungan yang kondusif, tapi lingkungan yang dibuatnya kondusif. Duhai, sudah tau lemah, mengapa masih saja lalai pada(ke-Mahakuasa-an)-Nya? Sudah tau lemah, mengapa abai dengan(kekuatan)-Nya? Sudah tau lemah, mengapa malas memelas meminta pertolongan-Nya dengan sungguh-sungguh?
Sudahkah benar-benar meminta pada-Nya? Sudahkah benar-benar bersandar pada-Nya? Sudahkah benar-benar yakin dengan janji-Nya?
Wahai diri yang lemah, mohonlah kekuatan pada Al Qawwiy. Wahai diri yang butuh penerangan, mohonlah cahaya dari An Nuur pemilik cahaya di atas cahaya (nuurun ‘alaa nuur). Wahai diri yang (mudah) sempit hati, mohonlah kelapangan hati pada Ash Shabuur.
Engkau masih harus banyak belajar sabar dan syukur, Nak. Kutemui (banyak) perilakumu masih seperti kanak-kanak. Banyak-banyaklah meminta ampun. Sungguh, merasa diri bersih dari dosa itu bisa jadi bumerang buatmu. Allah telah banyak menutup aibmu, mengapa masih saja angkuh? Sudah semestinya kau bersyukur dan meminta ampun. Tidak perlu kau tanya lagi kenapa. Tersebab (masih) banyaknya dosa dan sedikitnya syukur. Hanya kasih sayang-Nya yang bisa kau harapkan terus tanpa batas. Maka, Nak, ingat-ingatlah bahwa Allah sayang kamu jika kamu (benar-benar) beriman, fabiayyi aalaa i rabbikumaa tukadzdzibaan?
Allaahul musta’an.
Tersebab kerapuhan dan kelemahan diri, hasbunallaah wani’mal wakiil. Laa hawla wa laa quwwata illaa billaah.