Terabaikan atau Tersingkirkan?

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Hmm, rasanya udah lama banget ninggalin blog ini. Udah konsekuensinya emang sih. Klo pas awal-awal buat blog, dalam satu bulan bisa posting sampe belasan artikel. Beda sama bulan ini, Agustus baru ada satu artikel dan tiga sama artikel ini. Maklum saja, awal blog ini dibuat pas liburan, tujuannya sih emang buat ngisi liburan. Tapi. . .
Tapi aku nggak mau nelantarin blog ini, intinya aku gak mau produktivitas artikel di blog ini menurun drastis lagi. Yeah, itu keinginanku!
Maka dari itu, aku nyempetin buat nulis sesuatu di blog ini. Walaupun dengan keterbatasan media (maklumlah lagi pulang kampung :-D), aku tetep mau nulis lagi. Setidaknya ada coretan baru lah ya…
Oke oke, cukup dulu curhatnya.
Sekarang aku mau membahas suatu hal. Apa ya?
Ahaa!!
Aku mau ngebahas tentang kesadaran diri sendiri dan tekad.

Kesadaran diri sendiri

Kesadaran yang timbul dari dalam diri sendiri itu sangat penting. Hal itu menentukan seberapa besar peranan diri kita dalam melakukan segala aktivitas kita. Jika kita melakukan sesuatu hal tanpa ada kesadaran dari dalam diri sendiri, rasanya seperti kita tidak melakukan apa-apa. Tidak ada manfaat dan hasil yang kita peroleh.
Tidak ada. Padahal, jika kita sadar akan apa yang kita lakukan, akan ada banyak hal yang dapat kita peroleh. Pelajaran, hikmah, dan evaluasi terhadap diri sendiri. Kita bisa belajar dari kesalahan baik kesalahan diri sendiri maupun orang lain. Kita bisa belajar dari pengalaman, mengambil hikmah dari apa yang kita dapatkan, serta mengevaluasi diri bagian mana yang perlu perbaikan.
Nah, inilah yang kurasa sedang kualami sekarang: krisis kesadaran diri. Kali ini, lagi-lagi aku merasakan kehampaan itu, kekosongan dalam diri. Aku merasa ada sesuatu yang hilang dan sepertinya aku tahu jawabannya. Akhir-akhir ini, aku merindukan saat-saatku sendiri merenung dan mengadu pada-Nya. Saat-saatku hanya berdua saja dengan-Nya. Saat-saat aku mendapatkan kedamaian dan kesejukan seusai menumpahkan segala penat dan rasaku pada Tuhan Yang Mahapenyayang.
Aku rindu saat-saat itu, Allah. 😦

Tekad

Tekad biasanya kita ikrarkan baik secara lisan maupun dalam hati saat kita ingin mencapai sesuatu. Tekad inilah yang akan menentukan seberapa besar usaha kita untuk mencapai pencapaian yang kita inginkan. Tekad ini memiliki peranan penting untuk menyalakan semangat kita. Dengan tekad yang kuat dan dalam, semangat pun akan berkobar.
Akan tetapi, perlu diingat juga bahwa tekad harus terus kita bawa dan ingat agar kita konsisten. Kekonsistenan/keistiqomahan usaha kita dalam menggapai pencapaian itulah yang sangat penting. Mungkin jalan kita tak selamanya mulus, tapi kita harus tetap bangkit. Bangun dari keterpurukan.
Tekad itu juga yang kembali kuingat saat ini. Satu tekadku yang aku sendiri merasa telah melanggarnya. Memang, tidak mudah menjalankan tekadku yang satu itu karena berhubungan dengan kodratku sebagai manusia yang punya hati dan perasaan. Tak mudah memang, tapi aku sudah bertekad. Jadi, harus kuluruskan kembali niat dan kubulatkan tekadku itu.
Aku akan berusaha meski itu sulit dan sakit, tapi aku yakin rasa sakit ini hanya sementara. Sebagai penggantinya, pasti akan ada rencana indah yang Dia persiapkan. Aku harus tetap optimis dan tetap tersenyum meski dalam hati ini aku berusaha menghapus segala rasa sakit yang kurasakan. Meski keadaan tak mendukung, aku harus percaya aku bisa.
Aku bisa kembali membulatkan tekadku dan meluruskan niatku. Demi cita-citaku, mengabdikan diriku pada-Nya. Jagalah hati ini, ya Rabb.
Yaa muqallibal quluub, tsabbit qalbi ‘alaa diinika wa ‘alaa taa’atika. Aamiin.

Kembali aku ingat motoku kurang lebih sebulan lalu:
“Mantapkan hati, bulatkan tekad
menuju satu tujuan pasti:
SUKSES!
Semangat!!”
Yeay 😀

Alhamdulillah.
🙂
Jazakallahu khairan katsiraa’.

Komentar